Sabtu, dua hari menuju 70 tahun Indonesia Merdeka, bersama teman-teman kantor berkesempatan bersilaturahmi kepada salah satu teman yang baru saja memperoleh nikmat titipan dari Ilahi dengan hadirnya sosok seorang putri dalam keluarga beliau. "Selamat, barakallahu, semoga kelak menjadi sosok muslimah sejati"
Biasa, ketika orang-orang berkumpul dalam jalinan silaturahmi maka tawa canda dan obrolan ringan mampu menghidupkan suasana. Termasuk waktu itu, ketika seorang teman mengutarakan keinginan untuk tidak menambah jumlah anak, "dua anak cukup, laki semua nggak masalah", maka riuh tanggapanpun mengemuka. Tanggapan ringan, agak berat, sampai yang (lumayan) berat. (Lumayan) berat berarti tanggapan sudah memasuki wilayah keyakinan, akidah.
Tidak salah dengan
gerakan "Dua anak lebih baik". Penempatan tanda baca bisa memengaruhi
makna. "Dua anak, lebih baik". Berarti ketika bisa memiliki dua anak,
itu lebih baik. Penempatan koma yang lain: "dua anak lebih, baik".
Berarti ketika memiliki anak lebih dari dua, maka baik. Saya, mempunyai
kemerdekaan merencanakan dalam penentuan jumlah anak. Berapa nyatanya?,
sudah menjadi ketentuanNya.
Baik dan tidaknya bukan terletak pada jumlah, namun lebih kepada seberapa kuat kita memakna anak sebagai titipan. Ketika kita menerima barang titipan, itu berarti pihak yang menitipkan mempunyai kepercayaan bahwa kita mampu menjaga dan menyelamatkan barang titipan tersebut. Seberapa banyak barang yang akan dititipkan, tergantung pada kepercayaan pemberi titipan.
Anak adalah titipan. Mereka bukan milik kita, namun kita tetap punya tanggungjawab: menjaga dan menyelematkan. Menjaga supaya tetap sesuai dengan yang dikehendaki Sang Pemberi Titipan. Menyelamatkan, karena ancaman senantiasa mengancam.
Menjaga dan menyelamatkan bukan berarti membatasi dan mengekang. Memberikan kemerdekaan juga bagian dari menjaga dan menyelamatkan. Kemerdekan berbatas, bukan tanpa batas.
Perlu terus belajar memakna dan merealisasi kemerdekan berbatas untuk anak-anak saya.
Bantul, selepas upacara 70 tahun Indonesia Merdeka.
Baik dan tidaknya bukan terletak pada jumlah, namun lebih kepada seberapa kuat kita memakna anak sebagai titipan. Ketika kita menerima barang titipan, itu berarti pihak yang menitipkan mempunyai kepercayaan bahwa kita mampu menjaga dan menyelamatkan barang titipan tersebut. Seberapa banyak barang yang akan dititipkan, tergantung pada kepercayaan pemberi titipan.
Anak adalah titipan. Mereka bukan milik kita, namun kita tetap punya tanggungjawab: menjaga dan menyelematkan. Menjaga supaya tetap sesuai dengan yang dikehendaki Sang Pemberi Titipan. Menyelamatkan, karena ancaman senantiasa mengancam.
Menjaga dan menyelamatkan bukan berarti membatasi dan mengekang. Memberikan kemerdekaan juga bagian dari menjaga dan menyelamatkan. Kemerdekan berbatas, bukan tanpa batas.
Perlu terus belajar memakna dan merealisasi kemerdekan berbatas untuk anak-anak saya.
Bantul, selepas upacara 70 tahun Indonesia Merdeka.




0 komentar:
Posting Komentar