Senin, 31 Agustus 2015

Semumpel


"Ngampet nesu nganggo senyum palingo. Dadi malah semumpel". Demikianlah barisan huruf yang tertata dari seorang sahabat di group WA tatkala mengomentari kabar bahwa salah satu teman kami yang terlihat murah senyum, nyaman dipandang, enak untuk diajak berdiskusi, namun beliau terkena gejala stroke ringan. Ya, biasanya stroke dimitoskan dengan tensi darah yang tinggi, dan darah tinggi terkesan bersama pribadi yang kurang 'murah senyum'. <<kalo gak mau tensi darah memuncak, mari biasakan murah senyum. Senyum itu shodaqah yang menyehatkan smile emotikon >> Semoga lekas sembuh pak, segera kita lanjutkan kebersamaan dalam forum yang biasa kita jadikan wadah untuk meningkatkam kompetensi mengajar saya, anda, dan teman-teman kita.

Kembali ke kalimat pertama tulisan ini. Terdapat satu kata yang menarik. Semumpel. Saya sendiri tidak begitu paham arti kata yang diambil dari bahasa jawa tersebut. Menurut saya, semumpel semakna dengan tersumbat, tidak bisa keluar. Mungkin. Apakah salah tatkala emosi saya, perasaan anda, pemikiran kita, ataupun informasi mereka tidak bisa lepas bebas mengalir keluar karena semumpel? Bisa salah, namun juga bisa tidak. Lihat situasi dan kondisi.

Manajemen kesemumpelan itu bukan sulap, tidak bisa bim salabim langsung bijak 100%. Perlu proses dan latihan yang panjang berliku; Bertahap.

Tidak semua yang kita miliki (emosi, perasaan, pemikiran, informasi, atau apapun) perlu disampaikan. Ada saatnya perlu disumpeli namun ada kalanya dibiarkan keluar mengalir supaya sampai kepada orang lain.
Hilangkan kesemumpelan manakala dengan kesemumpelan tersebut berpontensi kurang baik atau malah tidak baik. Keluarkan!; bebaskan!: emosi, perasaan, pemikiran, informasi ketika itu semua tidak membahayakan atau malah justru menyehatkan jasmani dan jiwa kita dan mereka.

Biarkan kesemumpelan berlanjut tatkala tidak berdampak negatif apalagi memberikan kemanfaatan, baik untuk diri sendiri terlebih untuk orang lain. Tahan!; simpan!: emosi, perasaan, pemikiran, informasi ketika itu semua dapat membahayakan atau malah justru menyakitkan jasmani dan jiwa kita dan mereka manakala sampai keluar mengalir.

Perlakukan kesumempelan dengan bijak. Saya masih perlu belajar dan berlatih mengatur keran semumpel yang saya miliki. Bagaimana dengan Anda? Mari saling mendoakan.

Cengkiran, 17 menit menuju pukul 17. // 20 Agustus 2015

0 komentar:

Posting Komentar